Pengantar Penerjemah
Pada hari Sabtu, 15 Jumadil Awwal 36H, seorang bayi molek membuka mata di kota Rasulullah saw. Beberapa hari setelah itu, ibunya Syahzanan, menutup mata untuk selama-lamanya. Putri Persia ini seakan-akan dikirim Tuhan ke tanah Arab hanya untuk melahirkan manusia suci dari silsilah emas keluarga Nabi saw. Pada bayi mungil itu mengalir darah terbaik dari Arab dan Ajam. Ketika kakeknya, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib as mendengar berita kelahirannya, beliau bersujud syukur kepada Allah. Beliau menamainya dengan namanya sendiri: Ali. Kelak Ali bin Husayn dikenal orang karena banyaknya bersujud, sehingga kepada namanya dinisbahkan gelaran mulia: As-Sajjad.
Imam As-Sajjad
Kematian ibunya memulai rangkaian derita dalam kisah hidupnya. Pada usia empat tahun, ia menyaksikan kakeknya yang dicintainya pulang dari mesjid dengan kepala yang berlumuran darah. Dengan hati kanak-kanak yang masih bening, ia mendengarkan nasehat terakhir Amirul Mukminin kepada ayah dan pamannya. Kata agung, lafzhul jalalah, “Allah, Allah”, yang diucapkan Ali berulang kali di sela-sela pembicaraannya tidak pernah hilang dari kalbunya. Sejak usia yang sangat dini, Ali bin Husayn mereguk kefasihan bicara dan kesucian hati dari Ali bin Abi Thalib. Setelah Ali yang pertama dibaringkan di perut bumi Kufah, di atas bumi Madinah kaki-kaki kecil Ali kedua melangkahi setiap jejak yang ditinggalkannya. Dengan begitu, dunia tidak pernah kehilangan Ali yang berlidah fasih dan berhati suci.
Ali yang kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya di tengah-tengah dunia yang sudah menguburkan Ali yang adil. Ali, yang disebut George Jordac sebagai the Voice of Human Justice, sudah kembali kepada Tuhan. Suara keadilan sudah tidak terdengar lagi. Para penguasa menegakkan istana di atas kuduk-kuduk manusia yang dilemahkan. Mereka minum anggur yang diramu dari darah dan keringat orang yang tidak berdaya. Ketika suara musik mengiringi pesta-pesta mewah di rumah para pejabat, 'Arasy Tuhan berguncang karena jeritan pilu yang keluar dari gubuk-gubuk kumuh rakyat yang melarat.